Jumat, 02 Desember 2016

Setelah lebih dari.....

Aku tak tau mau memulainya dari mana, tapi aku ingin menulis..
Entah apapun itu, setidaknya hatiku bisa sesikit tenang..

10 bulan pun sudah berlalu, selama itu juga kita tak pernah sekalipun saling menatap. Kita hanya dapat saling mendengar suara satu dengan yang lainnya dari kejauhan. Saat rasa itu datang, kita hanya saling bertukan foto untuk melihat perubahan-perubahan apa yang sedang atau sudah terjadi.

Dan selama 10 bulan itu juga, entah sudah berapa banyak orang yang (tampaknya) meragukanmu, meragukanku, meragukan kita. Bukan orang-orang yang menurutku asing, tapi justru orang-orang terdekatku, Bos di kantor contohnya. Satu pertanyaan dan pernyataan yang pernah beliau sampaikan adalah, "Kamu yakin? Kalau saya sih agak ragu. Jangankan jarak jauh, yang dekat pun saya tetap tidak percaya. Apalagi masih sebatas itu (pacaran). Suami-istri saja bisa saling berhianat."
Wah, kejam ya..

Dalam 10 bulan ini juga ternyata ada yang berniat menyomblangiku dengan orang lain. Pekerjaannya baik, masa depannya sudah terjamin, dan aku sempat beberapa kali chatting dengan orang itu. Tapi sanyangnya hati ini sedikitpun tak tergugah dengan semua itu. Aku hanya ingin (sebatas) berteman.

Dan, setelah kusadari, aku ternyata tak paham dengan perasaanku ini. Aku begitu menantikanmu, walau kutau tak pasti. Aku begitu ingin menggenggam tanganmu, memelukmu, bersandar dibahumu, melihat kembali tingkah mu yang lucu yang menurutku begitu manja.
Aku begitu menunggu saat kita akan bertemu, dan kam tau, aku sangat menunggu hari itu datang

Jumat, 24 Juni 2016

Aku ingin begini, aku ingin begitu

Setelah beberapa lama tak bertemu, akhirnya kami bertemu juga, teman-teman seperjuangan semasa kuliah. Tak banyak yang berubah dari mereka, tapi satu hal yang bertambah; kegilaan kami. Semakin bertambah umur kok makin menjadi, tertawa bebas seakan duania hanya milik kami. 
Dibuka dengan acara buka bareng di KTP a.k.a Kantor Pos, kami bercerita banyak hal mulai dari pekerjaan, pacar, keluarga, teman-tamn yang sudah sukses, dan masih banyak lagi. Sebenar bubar ini hanya sekedar jalan untuk bisa kumpul bareng lagi, acara initi sebenarnya adalah bercerita panjang lebar, ketawa bareng, gila bareng, malu bareng, de.el.el lah.

Setelah puas ngobras di KTP ( sebenarnya belum puas sih, tapi berhubung intu tempat sudah mulai sepi, akhirnya kamipun mengusir diri) akhirnya kami bergerak menuju taman bunga. Nah di sini, kubupun terpisah menjadi kubu laki-laki dan kubu perempuan. Kalo yang laki-laki pembahasannya gak jauh dari menikah (ampundah, calonnya juga belom ada padahal) semntara kita cewek-cewek hanya mampu memperhatikan mereka sambil sesekali mencibir mereka daru malah ngegosipin mereka. Hahahha, disini kita hanya jalan-jalan a.k.a keliling-keliling jelas (olah raga malam ceritanya woy). 

Tapi ada satu hal yang menarik perhatianku saat itu; Lapangan basket ditengah taman dan beberapa orang yang anak lajang yang main basket (ya jelas lah main basket masa iya main volly). Sambil kami terus berkeliling, aku pun terus menatap kearah lapangan. Tanpa sadar cesc (Nurmayuniar) ternyata juga ikutan memperhatikanku. "Mulai menggatal matamu ya teh, ada yang kau incar di sana?"  Hhahaha. Aku cuma ketawa lalu menggeleng. "Memang banyak cowok-cowok ganteng di sana teh, apalagi hari minggu" tambahnya lagi. 

 Aku kembali tertawa, Aku kembali melihat ke arah lapangan dan mulai membayangkan sesuatu. Seandainya,.....
Kalau......
Seandainya dia kembali, aku pengen ajak dia kesini, aku pengen lihat dia main basket sepuasnya.
Aku ingin teman-temanku tau kam adalah alasan kenapa aku begitu tertarik melihat itu lapangan basket. Jadi orang inni gak asal tuduh lagi kalo mataku mulai menggatal.
Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali.... (jadi nyanyikan)


Kamis, 09 Juni 2016

Kumohon, Jangan tanyakan lagi!

Kita masih saja terus saling bertanya satu dengan yang lainnya, “kapan kan bertemu lagi?” Namun tak satupun dari kita bisa saling menjawab kapan moment itu akan terjadi. Tapi satu hal yang kam harus tau sayang, aku ingin malam ini segara berganti menjadi pagi dan pagi segera berganti menjadi malam dan begitu seterusnya sampai tahun ini berganti dan sampai kita bisa bertemu lagi.

 Itu masih satu pertanyaan dari beberapa pertanyaan yang kerap kali membuat dadaku ini sesak. Perasaan yang tak relampiaskan , rindu yang terus membuncah dan keinginan yang entah kapan kan terwujud.

Kau masih terus bertanya, “Kapan kam ke sini sayang?” itu semakin membuat dadaku menyesak, memaksa mataku untuk mengeluarkan bulir-bulir beningnya. Tolong kurangi frekuensi pertanyaanndu itu, sebab aku tak tau harus menjawab apa.

Bukan tak mau, tapi keadaan yang memaksa kita untuk begini. Untuk sebuah pertemuan, banyak hala yang harus dipertimbangkan, materi salah satunya. Jarak yang memisahkan kita tidaklah dekat, biaya yang dikeluarkan juga tidak murah. Belum lagi alasan-alasan yang akan dilontarkan orangtuaku agar aku tak pergi, mereka terlalu protektif dengan anak gadisnya ini.

“Pengennya lihat kam”, belum reda rasanya tangisku, kau lagi dan lagi kembali melontarkan kata-kata yang; entahlah, aku pun tak tau apa nama perasaan yang muncul saat itu. Maaf jika kali ini aku membalasnya dengan gurauanku yang membuatmu marah, kesal, atau apalah itu. Aku hanya tak mau terus menangis meratapi jarak dan waktu ini. Kan gak lucu, pas bangun pagi besoknya mataku sudah sembab.

Kumohon, jangan tanyakan lagi atau katakan lagi, tapi ajarilah aku. Ajari aku untuk bisa memahami keadaan ini dah terbiasa dengan semua suka dukanya. Ajari aku tuk jadi wanita yang kuat, ajari aku untuk jadi wanita sesuai dengan harapanmu, ajari aku untuk jadi wanita yang tak cengeng, yang mengutuki waktu dan jarak. 

Senin, 06 Juni 2016

LDR (Lebih Dari Rindu)

LDR a.k.a Long Distance Relationship a.k.a pacaran jarak jauh. Ada serunya ada sedihnya ada juga cobaan dan godaannya. Buat yang udah pernah menjalani atau sedang menjalani hubungan sejenis ini pastinya sudah benar-benar tau.
Trus pertanyaannya adalah, siapa sih yang mau LDR? Pastinya gak ada yang mau. Trus apa sih penyebabnya LDR? Jawabanya ada banyak, karena kuliah/study atau pekerjaan yang memaksa kita harus terpisah jau dari sang pacar.
Selama ini aku Cuma mendengar cerita dari teman-teman tentang susah-gampanya LDR, tanpa pernah tau rasanya. Tapi sekarang setelah aku sendiri juga ngalamin pengalaman ini, ternyata.... Wah, rasanya memang benar-benar gak karuan cuy. Apalagi kalau udah rindu, rasanya mau nangis, apalagi didepan kita ada pasangan yang lagi mesra-mesraan, aduh rasanya pengen nimpuk itu orang bedua. Bersyukurlah yang dekat dengan pacar.
Kalau lagi sedih juga yang ada makin sedih kalau ingat dia lagi jauh disana dan kita diasini. Nah kalo soal cerita sedih, pernah aku cerita yang sedih-sedih ke sikawan itu, eh dianya bilang gini “nikah aja dah”. Wah, solusi apa ini? Supaya apa coba? Adohh, tepok jidatlah jadinya. Bersyukurlah yang dekat dengan pacar.
Senengnya kalo bakal ketemu. Serasa waktu lama banget berjalan sangking semangatnya. Kadang sampe salah tingkah gitu, senyum-senyum sediri banyangin wajahnya, tingkah konyol apa lagi yang akan dilakukannya, kelebayan apa lagi yang akan ditunjukkanya, manjanya dia, banyaklagi lah. Nah kalo dah ketemu itu, sebisa mungkin quality time itu benar-benar tercipta. Karna pasti setelah itu harus pisah lagi dalam jangka waktu yang cukup lama. Dan sebisa mungkin yang namanya pertengkaran itu pasti dihindari. Tapi percaya gak percaya ini tuh jauh lebih manis ketimbang yang sering ketemuan. Bersyukurlah yang jauh dengan pacar.
Kalau lagi jenuh dan bosan, rasanya mau diakhiri aja deh tapi ujung-ujungnya pasti akan berfikir seperti ini “udah sejauh ini, masa harus udahan?”. Jangan bilang gak pernah tuh ngerasa jenuh atau bosan. Tapi dengan kita berjauhan senarnya rasa jenuh dan bosan itu sebenarnya lebih kecil ketimbang yang dekat, alasannya adalah karena kita berjauhan jadi gak terlalu sering ketemu. Bersyukurlah.
Dan cobaan pasti akan datang. Misalnya aja ada orang lain yang lebih perhatian dari si pacar, dah karena dekat pastinya dia akan selalu ada tiap kali kita benar-benar lagi butuh. Kalo gak kuat iman, bisa bubar dah itu hubungan. Atau bisa juga ada yang bergerak lebih cepat, langsung melamar mungkin.
Banyak hal yang kita pelajari saat kita harus LDR. Dari LDR kita belajar untuk bersabar, saling percaya, berkomitmen, setia dan saling memahami satu dengan yang lainnya dan bersyukur.
Kalo aku sendiri masih baru sih, masih 4 bulan, tapi hayalan kita dah jauh banget sampe beberapa tahun kedepan, kita optimis dengan hubungan ini. Tebing Tinggi – Balikpapan itu bukan apa-apa dan akan jadi apa-apa kalo kita bisa mengelolanya dengan baik, kalo kita bisa memanfaatkanya se optimal mungkin, maka hasilnya akan menguntungkan. Hhhahah, Manajemen Opersionalnya kelur cuy..
Dan, aku berharap bisa secepatnya bertemu. Dah LDR kali soalnya; Lebih Dari Rindu. “Tedeh e pe nggo si tedeh tedehen” kalo kata orang karo, sangking rindunya lah itu.


Kamis, 26 Mei 2016

Mereka yang Ajarkan - SLB Kasih Ibu

SLB Kasih Ibu, Jl. Tanah Merah, Kelurahan Baglen, Kecamatan Padang Hilir, Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

Di sinilah aku mengabdi selama kurang lebih 4 bulan. Mungkin sebagian orang yang mengenalku akan bertanya mengapa aku bekerja di tempat ini. Bukan tanpa alasan, pasalnya ilmu yang kutekuni selam empat tahun di bangku kuliah adalah Ekonomi, atau lebih tepatnya Ekonomi Manjemen.


Dulu memang aku sempat berfikir untuk terjun ke dunia ini tapi itu sebelum aku duduk dibangku perkuliahan, sebalum aku tau bangaimana dunia mereka. Ya, mereka. Anak-anak ABK ( anak berkebutuhan khusus). Namun kegagalan saat SNMPTN (Seleksi  Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) lantas membuat semangatku surut. Tanpa di sangka peluang itu datang kembali.

Selama 4 bulan ini juga begitu banyak pelajaran kehidupan yang secara tidak langsung mereka ajarkan kepadaku.  Mereka mengajarkanku apa artinya sebuah kejujuran, mereka mengajarkanku begitu pentingnya sikap pantang menyerah dan yang paling penting adalah mereka mengajarkanku bagaiman pentingnya bersyukur. Mereka terlahir dengan kekurangan tapi mereka mampu bersyukur, lalu mengapa aku harus minder dan tak bersyukur.

Di sekolah mungkin aku adalah guru bagi mereka, tapi dalam hatiku, merekelah para guru kehidupanku..