Kita masih saja terus saling bertanya satu dengan yang
lainnya, “kapan kan bertemu lagi?” Namun tak satupun dari kita bisa saling
menjawab kapan moment itu akan terjadi. Tapi satu hal yang kam harus tau sayang, aku ingin malam ini segara berganti menjadi
pagi dan pagi segera berganti menjadi malam dan begitu seterusnya sampai tahun
ini berganti dan sampai kita bisa bertemu lagi.
Itu masih satu pertanyaan dari beberapa pertanyaan yang kerap kali membuat dadaku ini sesak. Perasaan yang tak relampiaskan , rindu yang terus membuncah dan keinginan yang entah kapan kan terwujud.
Kau masih terus bertanya, “Kapan kam ke sini sayang?” itu semakin membuat dadaku menyesak, memaksa mataku untuk mengeluarkan bulir-bulir beningnya. Tolong kurangi frekuensi pertanyaanndu itu, sebab aku tak tau harus menjawab apa.
Bukan tak mau, tapi keadaan yang memaksa kita untuk begini. Untuk sebuah pertemuan, banyak hala yang harus dipertimbangkan, materi salah satunya. Jarak yang memisahkan kita tidaklah dekat, biaya yang dikeluarkan juga tidak murah. Belum lagi alasan-alasan yang akan dilontarkan orangtuaku agar aku tak pergi, mereka terlalu protektif dengan anak gadisnya ini.
“Pengennya lihat kam”,
belum reda rasanya tangisku, kau lagi dan lagi kembali melontarkan kata-kata
yang; entahlah, aku pun tak tau apa nama perasaan yang muncul saat itu. Maaf
jika kali ini aku membalasnya dengan gurauanku yang membuatmu marah, kesal,
atau apalah itu. Aku hanya tak mau terus menangis meratapi jarak dan waktu ini.
Kan gak lucu, pas bangun pagi besoknya mataku sudah sembab.
Kumohon, jangan tanyakan lagi atau katakan lagi, tapi ajarilah aku. Ajari aku untuk bisa memahami keadaan ini dah terbiasa dengan semua suka dukanya. Ajari aku tuk jadi wanita yang kuat, ajari aku untuk jadi wanita sesuai dengan harapanmu, ajari aku untuk jadi wanita yang tak cengeng, yang mengutuki waktu dan jarak.
Ceritanya keren, semoga jadi wanita yang lebih dewasa tentunya.
BalasHapusTerimakasih, Amin.
Hapus