Sama
seperti hari-hari yang biasa kulalui. Dari dulu hingga masa sekarang tak banyak
yang berubah. Yang ada hanya keseharian menghabiskan waktu dengan segala
keterbatasan yang ada. Mencoba mengungkap rahasia di balik sebuah rahasia.
Sambil sesekali memberi semangat kepada diri sendiri. Meyakinkan diri untuk
bisa memenangkan sebuah ujian. Sembari berharap hari depan takkan pernah
terjadi lagi seperti yang yang sudah kualami. Terlebih untuk mereka yang begitu
semangat untuk mengukir sejuta prestasi. Meraih mimpi-mimpi yang begitu mulia.
Hari ini aku sadar akan apa yang sudah
kusia-siakan selama ini. Hal yang kubuang hanya karena hal yang menurut
sebagian orang begitu sepele. Tapi tidak untukku, hal itu sangat mempengaruhi
semangatku untuk menjadi lebih baik lagi. Memberikan dorongan dan motifasi agar
bisa lebih dari lebih dan lebih lagi.
Aku jadi terbayang dengan beberapa
cerita mamak yang mengisahkan masa lalunya. Entah mengapa setiap mama berkisah,
rasa kagumku makin bertambah pada sosok wanita paruh baya yang sudah
melahirkan, merawat dan mendidikku ini. Bukan hanya aku tapi juga adikku. Dalam
prinsipnya dia ingin kami menjadi yang terbaik, yang lebih daripadanya. Yang
suatu saat nanti akan membuatnya bangga.
Bukan hanya kagum, aku juga kerap kali
sedih dengan masa yang sekarang kami lalui. Masa indah masa muda mamak tak
berlanjut hingga saat ini. Dia harus membanting tulang demi masa depan kami-
aku dan adikku dengan seorang suami yang tak pernah peduli terhadap
keluarganya. Yah, setidaknya itulah yang kurasakan saat ini. Seorang suami yang
hanya menyengsarakan dan menyiksa bukan hanya batinnya tapi juga fikirannya.
Kala mamak kembali berkisah saat kami tengah duduk diruang belakang rumah,
kadang air mataku ikut menetes dengan sendirinya. Dan tahukan kalian, aku
selalu saja menghela nafas panjang yang mungkin sangat barat. Serasa menarik
beban yang sangat berat, dan tak tertandingi dimanapun beratnya. Kapan semuanya
akan berakhir dan berubah menjadi sebuah ketenangan? Entahlah. Kuharap masa itu
akan segera datang.
Sekarang
aku ingin mengenalin diriku lebih dalam lagi, karena selam ini aku seperti
hanya seperti bayang-bayang. Mulai dari yang paling umun yaitu, nama. Namaku
Fia, lebih tepatnya Yosyfia Tarigan. Aku seorang gadis dengan darah karo.
Sorang gadis yang hampir dijauhi teman-teman sekolahnya karena penyakitnya yang
dianggap menular dan menyeramkan. Tapi itu dulu, sekarang penyakit itu telah
kuusir. Gadis yang tak bisa dibilang pandai, karena selalu kalah apabila
diperhadapkan dengan persaingan yang semakin ketat, aku seorang yang pesimis. Aku
gadis yang terlihat lebih kecil dari dari teman-teman lain yang seusiaku.
Tubuhku pendek dan kurus. Bahkan karena postur tubuhku yang begini aku tak bisa
meraih impiku yang sepertinya cukup sederhana, menjadi seorang Paskibraka.
Mamak pernah bercerita dulu aku sering
kejang-kejang disertai panas tinggi dan tangis yang tak henti. Mama pun tak
bisa menghentikan tangisanku setiap hal yang sama terjadi kecuali seorang
tetangga yang masih famili jauh. Entah mengapa saat ada di gendongannya aku
merasa tenang dan saat juga tangisku berhenti. Kalau orang-orang bilang
penyakit dengan gejala yang seperti ini namanya Step. Hal ini sering terjadi pada anak yang masih dikategorikan
balita. Tapi tak menutup kemungkinan juga dialami seroang sudah bisa dikatakan
dewasa.
Penyakit ini memang sangat wajar tapi
berdampak buruk jika tak segera ditangani. Hal yang mungkin saja yang terjadi
adalah daya tangkap yang sangat lemah, keterbelakangan mental atau kasarnya
idiot, kesulitan bicara dan yang lebih parah lagi bisa menyebabkan kematian.
Guru Fisikaku saat di SMP dulu pernah membagikan pengengetahuannya tentang
penyakit ini. Saat penyakit itu datang dia akan membuat putus satu urat saraf.
Jadi kalau misalnya selama seminggu kumat sebanyak 4 kali maka 4 urat saraf
yang putus. Bisa kebayangkan bagaiman fatalnya akibat dari penyakit yang satu
ini.
Bukan hanya itu saja, aku juga kerap melakukan
hal-hal yang tak wajar untuk dilakukan anak seusiaku. Contonya saja melompat
dari pagar yang tinginya mencepai 2 meter. Akibatnya 2 dari gigi depanku harus
harus patah dan rusak. Yang paling konyol dan berbahanya adalah kebiasaanku menggigit
orang yang tak begitu familiar. Mungkin kalian akan berfikir aku adalah anak
yang aneh. Aku juga tak suka jika digendong oleh orang yang tak pernah kulihat
sebelumnya.
Kok bisa tahu sih bagaiman masa
kecilmu? Bukankah kebanyakan anak kecil cenderung lupa akan masa kecilnya
terlebih anak yang masih digolongkan Batita ( Bayi Tiga Tahun). Jawabannya
adalah banyak yang bercerita padaku, salah satunya kak Rina, anak dari kakak
mamak alias sepupuku. Saat itu aku hanya tertawa sambil menyembunyikan rasa
maluku. Ternyata aku sebegitu menyebalkannya saat itu. Tak bisa dipegang, rewel
dan cengeng pula.
Oh,ya! Aku juga sering mengalami
peristiwa-peristiwa aneh. Kerap kali aku melihat anak kecil yang menyerupai
diriku. Rambutnya, pakaiannya, juga mungkin sendal yang dia pakai. Dia juga
sering mengajakku bermain bersamaku, tapi aku selau menolak. Aku selalu bilang
kalau aku tak boleh bermain dengan orang yang tak aku kenal. Dan tahukan
kalian, orangtuaku tak mengetahui hal ini.
Mamak juga pernah bilang, aku pernah
hilang selama satu hari penuh. Sudah di cari kemana-mana, tapi tetap saja tak
ketemu. Saat itu mama benar-benar panik. Tak tahu lagi apa yang harus
dilakukan. Sampai akhirnya mamak menemukanku di rumah seorang tetangga yang terletak
di belakang rumah tempat tinggal kami. Menurut penuturan mamak, mereka sengaja
menyembunyikan aku. Tapi aku benar-benar tak ingat dengan peristiwa ini. Tapi
yang aku tahu, sampai sekarang mamak masih sangat membenci orang itu.
Terkadang saat mengingat semua hal ini
aku kerap kali tertawa. Kadang bingung, kadang juga merasa aneh. Kok ada ya
anak yang seperti aku ini. Tapi kalau aku tarik ke masa yang sekarang, hal itu
tak jauh berbeda. Walau bukan anak kecil lagi tapi aku juga kerap melakukan hal
yang aneh. Sampai mamak kadang geleng-geleng kepala dengan tingkahku ini sambil
bedecak lalu tertawa. Hmm, bukan hanya mamak tapi juga adik dan teman-temanku.
“Fia.. Fia, adalah orang macam kau
itu,” itulah kata yang sering terlontar.
Tapi aku bersyukur, setidaknya aku
masih bisa merasakan bagaimana manis dan pahitnya kehidupan. Karena banyak
orang yang tak bisa merasakan yang aku rasakan saat ini. Contohnya saja
kakakku, dia tak bisa merasakan apa yang kurasakan sekarang atau yang dirasakan
anak-anak pada umumnya. Usianya terlalu singkat diberikan Tuhan. Hanya berkisar
kurang lebih 25 jam. Padahal jika dia masih ada sampai sekarang aku mungkin
akan cerita tentang ini semua padanya. Setidaknya aku tak harus menjadi anak
pertama. Hah.. nafas berat ini kembali kuhela, berat memang kehidupan ini. Menyedihkan
bukan? Tapi intulah kehidupan. Dan aku, inilah yang Dia kehendaki atas diriku.
Aku sangat percaya bahwa ada maksud ditengah semua yang pernah dan sedang aku
alamai. Ada bahagia yang tersembunyi dibalik badai. Ada pelangi dibalik
derasnya hujan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar