Rabu, 12 Maret 2014

Memori masa kecil ( Tentang Hidup)

         Sama seperti hari-hari yang biasa kulalui. Dari dulu hingga masa sekarang tak banyak yang berubah. Yang ada hanya keseharian menghabiskan waktu dengan segala keterbatasan yang ada. Mencoba mengungkap rahasia di balik sebuah rahasia. Sambil sesekali memberi semangat kepada diri sendiri. Meyakinkan diri untuk bisa memenangkan sebuah ujian. Sembari berharap hari depan takkan pernah terjadi lagi seperti yang yang sudah kualami. Terlebih untuk mereka yang begitu semangat untuk mengukir sejuta prestasi. Meraih mimpi-mimpi yang begitu mulia.
        Hari ini aku sadar akan apa yang sudah kusia-siakan selama ini. Hal yang kubuang hanya karena hal yang menurut sebagian orang begitu sepele. Tapi tidak untukku, hal itu sangat mempengaruhi semangatku untuk menjadi lebih baik lagi. Memberikan dorongan dan motifasi agar bisa lebih dari lebih dan lebih lagi.
        Aku jadi terbayang dengan beberapa cerita mamak yang mengisahkan masa lalunya. Entah mengapa setiap mama berkisah, rasa kagumku makin bertambah pada sosok wanita paruh baya yang sudah melahirkan, merawat dan mendidikku ini. Bukan hanya aku tapi juga adikku. Dalam prinsipnya dia ingin kami menjadi yang terbaik, yang lebih daripadanya. Yang suatu saat nanti akan membuatnya bangga.
        Bukan hanya kagum, aku juga kerap kali sedih dengan masa yang sekarang kami lalui. Masa indah masa muda mamak tak berlanjut hingga saat ini. Dia harus membanting tulang demi masa depan kami- aku dan adikku dengan seorang suami yang tak pernah peduli terhadap keluarganya. Yah, setidaknya itulah yang kurasakan saat ini. Seorang suami yang hanya menyengsarakan dan menyiksa bukan hanya batinnya tapi juga fikirannya. Kala mamak kembali berkisah saat kami tengah duduk diruang belakang rumah, kadang air mataku ikut menetes dengan sendirinya. Dan tahukan kalian, aku selalu saja menghela nafas panjang yang mungkin sangat barat. Serasa menarik beban yang sangat berat, dan tak tertandingi dimanapun beratnya. Kapan semuanya akan berakhir dan berubah menjadi sebuah ketenangan? Entahlah. Kuharap masa itu akan segera datang.
Sekarang aku ingin mengenalin diriku lebih dalam lagi, karena selam ini aku seperti hanya seperti bayang-bayang. Mulai dari yang paling umun yaitu, nama. Namaku Fia, lebih tepatnya Yosyfia Tarigan. Aku seorang gadis dengan darah karo. Sorang gadis yang hampir dijauhi teman-teman sekolahnya karena penyakitnya yang dianggap menular dan menyeramkan. Tapi itu dulu, sekarang penyakit itu telah kuusir. Gadis yang tak bisa dibilang pandai, karena selalu kalah apabila diperhadapkan dengan persaingan yang semakin ketat, aku seorang yang pesimis. Aku gadis yang terlihat lebih kecil dari dari teman-teman lain yang seusiaku. Tubuhku pendek dan kurus. Bahkan karena postur tubuhku yang begini aku tak bisa meraih impiku yang sepertinya cukup sederhana, menjadi seorang Paskibraka.
          Mamak pernah bercerita dulu aku sering kejang-kejang disertai panas tinggi dan tangis yang tak henti. Mama pun tak bisa menghentikan tangisanku setiap hal yang sama terjadi kecuali seorang tetangga yang masih famili jauh. Entah mengapa saat ada di gendongannya aku merasa tenang dan saat juga tangisku berhenti. Kalau orang-orang bilang penyakit dengan gejala yang seperti ini namanya Step. Hal ini sering terjadi pada anak yang masih dikategorikan balita. Tapi tak menutup kemungkinan juga dialami seroang sudah bisa dikatakan dewasa.
         Penyakit ini memang sangat wajar tapi berdampak buruk jika tak segera ditangani. Hal yang mungkin saja yang terjadi adalah daya tangkap yang sangat lemah, keterbelakangan mental atau kasarnya idiot, kesulitan bicara dan yang lebih parah lagi bisa menyebabkan kematian. Guru Fisikaku saat di SMP dulu pernah membagikan pengengetahuannya tentang penyakit ini. Saat penyakit itu datang dia akan membuat putus satu urat saraf. Jadi kalau misalnya selama seminggu kumat sebanyak 4 kali maka 4 urat saraf yang putus. Bisa kebayangkan bagaiman fatalnya akibat dari penyakit yang satu ini.
        Bukan hanya itu saja, aku juga kerap melakukan hal-hal yang tak wajar untuk dilakukan anak seusiaku. Contonya saja melompat dari pagar yang tinginya mencepai 2 meter. Akibatnya 2 dari gigi depanku harus harus patah dan rusak. Yang paling konyol dan berbahanya adalah kebiasaanku menggigit orang yang tak begitu familiar. Mungkin kalian akan berfikir aku adalah anak yang aneh. Aku juga tak suka jika digendong oleh orang yang tak pernah kulihat sebelumnya.
         Kok bisa tahu sih bagaiman masa kecilmu? Bukankah kebanyakan anak kecil cenderung lupa akan masa kecilnya terlebih anak yang masih digolongkan Batita ( Bayi Tiga Tahun). Jawabannya adalah banyak yang bercerita padaku, salah satunya kak Rina, anak dari kakak mamak alias sepupuku. Saat itu aku hanya tertawa sambil menyembunyikan rasa maluku. Ternyata aku sebegitu menyebalkannya saat itu. Tak bisa dipegang, rewel dan cengeng pula.
         Oh,ya! Aku juga sering mengalami peristiwa-peristiwa aneh. Kerap kali aku melihat anak kecil yang menyerupai diriku. Rambutnya, pakaiannya, juga mungkin sendal yang dia pakai. Dia juga sering mengajakku bermain bersamaku, tapi aku selau menolak. Aku selalu bilang kalau aku tak boleh bermain dengan orang yang tak aku kenal. Dan tahukan kalian, orangtuaku tak mengetahui hal ini.
        Mamak juga pernah bilang, aku pernah hilang selama satu hari penuh. Sudah di cari kemana-mana, tapi tetap saja tak ketemu. Saat itu mama benar-benar panik. Tak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Sampai akhirnya mamak menemukanku di rumah seorang tetangga yang terletak di belakang rumah tempat tinggal kami. Menurut penuturan mamak, mereka sengaja menyembunyikan aku. Tapi aku benar-benar tak ingat dengan peristiwa ini. Tapi yang aku tahu, sampai sekarang mamak masih sangat membenci orang itu.
       Terkadang saat mengingat semua hal ini aku kerap kali tertawa. Kadang bingung, kadang juga merasa aneh. Kok ada ya anak yang seperti aku ini. Tapi kalau aku tarik ke masa yang sekarang, hal itu tak jauh berbeda. Walau bukan anak kecil lagi tapi aku juga kerap melakukan hal yang aneh. Sampai mamak kadang geleng-geleng kepala dengan tingkahku ini sambil bedecak lalu tertawa. Hmm, bukan hanya mamak tapi juga adik dan teman-temanku.
        “Fia.. Fia, adalah orang macam kau itu,” itulah kata yang sering terlontar.

        Tapi aku bersyukur, setidaknya aku masih bisa merasakan bagaimana manis dan pahitnya kehidupan. Karena banyak orang yang tak bisa merasakan yang aku rasakan saat ini. Contohnya saja kakakku, dia tak bisa merasakan apa yang kurasakan sekarang atau yang dirasakan anak-anak pada umumnya. Usianya terlalu singkat diberikan Tuhan. Hanya berkisar kurang lebih 25 jam. Padahal jika dia masih ada sampai sekarang aku mungkin akan cerita tentang ini semua padanya. Setidaknya aku tak harus menjadi anak pertama. Hah.. nafas berat ini kembali kuhela, berat memang kehidupan ini. Menyedihkan bukan? Tapi intulah kehidupan. Dan aku, inilah yang Dia kehendaki atas diriku. Aku sangat percaya bahwa ada maksud ditengah semua yang pernah dan sedang aku alamai. Ada bahagia yang tersembunyi dibalik badai. Ada pelangi dibalik derasnya hujan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar