Jumat, 24 April 2015

kerjakan Apa yang Harus di Kerjakan



Hampir jam 4 sore, akhirnya tugas kelompok ini selesai juga. Si Adek udah pulang duluan sejam yang lalu dengan muka masam. Ya jelaslah masam, belum makan, kerjaan di gereja menumpuk, akunya gak jelas selesai ngejain tugas jam berapa. SMS yang dia kirim pun kuabaikan terus. Sabar ya dek!
Hampir jam 4 sore, akhirnya tugas kelompok ini selesai juga. Setelah aku mengelurakan kalimat yang seolah-olah tidak menusuk. Setelah Ryan mengeluarkan perkataan seperti ini, “keren ya Merr kawan sekelompokmu.” Kayaknya anak itu cari masalah samaku, apa dia gak tau kalo aku juga udah jenuh? Bahkan sedari awal baca pembagian kelompok itu.
Hampir jam 4 sore, akhirnya tugas kelompok ini selesai juga. Setelah aku terus menggerutu di dalam hati melihat mereka yang masa bodo, mereka tinggat tinggal beres, mereka yang bertanya “apalagi yang belum siap?”. Setelah mereka memunculkan sifat kekanak-kanakan dengan menyindir lewat status. Kalo soal sindir-menyindir, aku juga bisa, bahkan lebih dari sekedar sindiran.
Sampe di gereja, ternyata udah rame. Di sudut sana, sudah tersusun beberapa tumpuk piring. Gawat! Nande cuci piring sendiri. Tapi tak berlangsung lama, akhirnya kudapati bukan nande yang cuci piring. Tumben, dan lumayanlah, gak capek dan gak harus pulang malam. Tapi, lagi butuh uang gini, kayaknya sayang kalilah itu kerjaan.
Saat pulang nande cerita semuanya, ternyata ada orang yang menginginkan pekerjaan kami ini. Dia datang dengan alih-alih ingin ngomong-ngomong alias curhat, tapi dari cuhatannya itu nande ngambil kesimpulan kalau dia mengiginkan pekerjaan ini. Bukan gak mau ngasi kesempatan untuk orang lain, tapi rasanya berat.
Sekitar awal tahun 2007 nande bilang kalau kami kerja digereja sebagai koster (kebersiah gereja). Saat itu aku masih duduk di bangku kelas VIII SMP di SMP Negeri 2 Tebing Tinggi. Pembukaannya Cuma Nande sama si Adek (SD kelas V)  aja yang kerja, aku gak bisa karna saat itu di sekolah sedang ada pembangunan, jadilah kami masuk siang.
Sekarang, 8 tahun sudah berlalu. Sudah hampir 3 jenjang pendidikan terlewati, SMP, SMA, Perguruan Tinggi (Semester VIII). Sudah tiga Pendeta yang kukenal dengan baik semenjak bekerja di gereja. Kebutuhan Rumah, Kebutuhan Sekolah, semua terpenuhi walaupun pas-pasan. Saat masa SMA yang lalu, karena sayang dengan uang untuk ongkos angkot, aku sempat pulang pergi naik sepeda. Tapi gak sampai ke sekolah, sepeda aku tinggal di gereja, pulang sekolah baru diambil. Oya, dulu itu juga kita sering iring-iringan sepeda ke gereja sama si nande, nande bonceng si adek, aku sendirian.
Sekarang, 8 tahun berlalu. Banyak perubahan yang terjadi. Ruang konsistori yang dulunya hanya berlanai semen, kini sudah berlantaikan keramik, hingga kini sudah dijadikan ruang PAUD. Ruang Sonsistori yang sekarang ada di lantai 2, tepat diatas ruang PAUD. Ruang Sekolah Minggu sudah dibangun dengan Gedung serbaguna yang ada tepat dibawahnya. Kalau hari minggu, gedung seba guna itu dipakai untuk parkir. Dulu diawal bekerja disini, masih ada rumah Pelayan Khusus Penuh Waktu (PKPW) yang lama yang akhirnya diruntuhkan untuk perluasan.
Honor yang awalnya hanya Rp 250.000,- setiap bulannya hingga sekarang sudah mencapai Rp 800.000,- dan katanya sih mau dinaikkan lagi (asekkkk). Tapi alasan yang paling mendasar adalah gereja ini, sudah seperti rumah kedua bagiku. Hampir semua aktivitas yang biasa kulakukan dirumah, kulakukan juga disini, makan, tidur, mandi, ngerjakan tugas sekolah, cerita-cerita bareng nande. Gereja ini juga yang sudah melatih mentalku dan menguatkan membesarkah hatiku di saat-saat sulit. Gereja ingi mengajarkanku untuk tidak bersikap enggan terhadap pekerjan apapun, sekalipun harus memulung.
Saat mendengan cerita nande, rasanya ada rasa gak rela dalam hatiku. Rasanya sama aja menyerahkan hal yang berharga kita ke orang lain. Ya, memang semua orang berhak, tapi kurasa aku butuh waktu dan hati yang lebih ikhlas jika suatu saat ini pekerjaan ini harus di berikan kepada orang lain.

Beralih dari soal-menyoal gereja. Setelah mandi tadi aku baru ingat kalau Mr. M hari ini ulang tahun yang ke 25. Pengen ngucapin tapi kuota internet lagi kosong, kalau tunggu besok (Wi Vi) pasti udah terlambat. Tapi inilah doaku untukmu Mr. M di umurmu yang sudah 25 tahun ini. Semoga harapan dan cita-citamu segera terwujud, semoga Tuhan senantiasa mengasihi, menyertai, memberkati kehidupamu, pekerjaanmu dan pelayananmu. Dan yang terakhir yang agak ngaco, semoga aku bisa jadi masa depanmu (aHhaaaiii). Terserah deh sekarang kamu mau pacaran sama siapa aja, pokoknya aku jadi yang terakhir (sedikit maksa).
Dan, sekarang ini aku hanya mampu memintamu pada Sang Pemilik Hidup ini melalui doaku tiap malam. Yah, memang beberapa bulan belakangan ini aku tak menyebutkan namanya, karena dekat dengan seseorang yang ternyata cuma mau main-main doang. Tapi sekarang aku sudah mulai mendoakanmu kembali kok Mr. M. Hhahahahahaha...... 
Kukerjakan apa yang bisa kukerjakan dan kulakukan saat ini, dan Sang Pemilik Hidup ini pasti akan mempertimbangkan.
AMIN!!!



Kamis, 09 April 2015

Jumat, 10 April 2015

Cita-Cita kita (MAnisnya Persahabatan)


Selasa, 07 April 2015
Hari ini Cecs ulang tahun, yang ke 21 tahun. Pagi tadi sekitar pukul 00.00 WIB, alaram udah berkoar-koar, tapi akhirnya pukul 00.17 WIB dengan mata yang ogah kebuka akhirnya sebuah SMS terkirim, yang kira-kira isinya begini :
“HBD kesayangan,
Semoga cita-cita dan harapanndu segera terwujud
GBU”
Belum lama setelah mengirim SMS itu, mataku kembali terpejam dan kembali ke alam mimpi. Sekitar pukul 05.55 aku kembali terbangun. Ada 1 SMS, gak tau dari siapa. Di ujung sana ada nande yang masih tertidur, akhirnya kuputuskan untuk tidur lagi. Menjelang pukul 06.57 aku baru bangun dan tak satupun pekerjaan rumah yang kukerjakan selain mencuci beberapa potong pakaian yang tergantung di gantungan pakaian di kamar mandi.
Sampai akhirnya pukul 08.35 kami berangkat, aku dan si adek ke kampus, nande ke gereja. Langkah demi langkah belalu dengan kepala yang seakan membesar. Seperti ada yang ketinggalan padahal semua udah lengkap.
Hari ini Pak Erwin kembali masuk untuk kelas pengganti, soalnya katanya Jumat nanti dia gak masuk, jadilah kami masuk 2 mata kuliah hari ini. Padahal harusnya Cuma 1 mata kuliah doang. Sepanjang kulaih dia terus memeriksa lembar jawaban UTS kami minggu lalu, dah hasilnya banyak yang hancur. Untuk memperbaikinya kami harus mempersentasikan makalah kelompok kami. Ah, pusing pala berbi. Belum lagi satu minggu ini ternyata dia masuk 3 pertemuan.
Tak selesai disitu aja, si dosen yang satu ini malah nyinggung-nyinggung SP pula, katanya gini, “kan kalian pengen SP.” Nih orang kayaknya terlalu berlebihan, kayak banyak kali uang awak, seolah-olah ngambil uang itu semuadah metik daun ketapang yang ada di depan gereja. Lalu ia berkomentar (lagi) seperti ini, “kayaknya seru kalau yang ikut SP mata kuliah ini sekitar 20 orang. Yang ngajar pun nanti gak kalah seru. Pak Abet soalnya yang ngajar SP mata kuliah ini.” Kalau bukan karena beliau itu seorang dosen, dan kalau konteksnya di kampus, pasti dah aku omelin itu orang. Turang apa kayak gitu, cari masalah aja.
Masuk ke mata kuliah kedua, Seminar Manajemen. Kalo yang satu ini cukup menarik, kecuali tugasnya. Bukan perkara sulit atau tidaknya, tapi maslahnya kawan-kawan satu kelompok yang gak mau tau. Jumat ini udah UTS, tapi tapi tugas kelompok belum selesai sampe sekarang. Waktu aku bilang kawan-kawan kelompokku payah semua, seseorang dari mereka protes, katanya gini, “aku masih mau kerja ya merry..” Tapi pada kenyataannya gak ada dari mereka yang mau jadi temanku nyari judul untuk tugas kelompok.
Saat judul udah ditentukan dan aku bilang udah selesai setengah, orang yang sama kembali protes, katanya seperti ini, “kau kok gak bilang-bilang, sama-sama lah kita ngerjainnya.”

Tapi, ya sudahlah. Biarin aja mereka dengan sikap mereka, setidaknya ada Sri yang masih aktif (bukan hanya nanya kapan tugasnya dikerjain tapi juga ikut nyari bahannya).